Lajnah Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jepara

Gambar; Gedung NU Jepara, Kampus INISNU, STIENU dan STTDNU Jepara

Sabtu, 20 November 2010

Perguruan Tinggi NU harus Merubah Orientasi Programnya

Selain memiliki pesantren yang jumlahnya mencapai 12.000 buah, NU juga memiliki ratusan perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, bahkan sebagian  menyatu dengan pesantren yang ada di dalamnya. Sebagian besar perguruan tingginya memfokuskan diri pada program studi agama islam
Tidak seperti pesantren NU yang dapat berkembang dengan pesat, perguruan tinggi NU saat ini perannya kurang menonjol, bahkan terpinggirkan dibandingkan dengan perguruan tinggi.
Rektor Universitas Sunan Giri Surabaya Prof Dr. Bisri Effendi MA yang ditemui NU Online mengatakan bahwa jika perguruan tinggi NU ingin diminati oleh masyarakat, maka program-programnya harus berupa program praktis yang dapat diaplikasikan  dalam kehidupan sehari-hari karena saat ini kecenderungan masyarakat adalah program-program seperti itu. “Perguruan Tinggi NU harus menangkap fenomena ini jika ingin berkembang,” ungkapnya.
Berbeda dengan perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta pendanaannya sangat tergantung pada jumlah mahasiswa yang masuk. Oleh karena itu program-program yang ditawarkan PT tersebut harus dapat benar-benar menarik calon mahasiswa sehingga bisa mencukupi biaya operasionalnya, atau pada ditinggalkan dan kolaps.
Bahkan sistem pengajaran di Unsuri pun menggunakan sistem partispatoris yang melibatkan mahasiswa dalam penyusunan paket program pengajaran. “Hal ini bisa dilakukan karena sebagian besar mahasiswa Unsuri adalah mereka yang sudah bekerja,”
Bisri Effendi mengemukakan bahwa hal lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh dana adalah dengan membuat paket program terpadu. “Salah satu keberhasilan Unsuri adalah membuat program penelitian terpadu yang mencakup administrasi, bimbingan, sekaligus penelitiannya yang mampu menghasilkan cukup banyak dana ” tambahnya.
Dia juga menegaskan bahwa sebagai perguruan tinggi NU mereka tetap harus mengembangkan karekter ke-NU-an yang pluralis dan toleran.
Madrasah dan pesantren pun tak lepas dari sorotannya. Harus diakui bahwa saat ini kurikulum mereka kurang menantang sehingga harus diberi tambahan-tambahan program ketrampilan seperti komputer, bahasa Inggris, dan bahasa Arab atau ketrampilan lainnya untuk kesiapan mereka dalam masyarakat.(mkf)